Sabtu, 11 Maret 2017

CONTOH ESSAI SOSIAL BUDAYA (Karya Rizki Amelia, Sri Endah Wulandari dan Endry Nur Latiefah)

di 18.09


TERGESERNYA PERMAINAN TRADISIONAL OLEH PERMAINAN DIGITAL DI KALANGAN ANAK MASA KINI
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan bahasa sehingga keberagaman tersebut menjadikan Indonesia kaya akan karya dari berbagai daerah. Sangat disayangkan apabila karya-karya tersebut harus tenggelam oleh arus globalisasi dan modernisasi yang mengakibatkan perubahan sosial yang sangat besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia.  Mengapa? Karena di era modern ini semua orang tidak bisa menghindari kemajuan zaman. Hal ini dalam antropologi disebut culture shock yaitu perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan zaman, wawasan yang semakin berkembang, dan biasa terjadi pada masyarakat secara tiba-tiba berpindah atau mendapat kebudayaan baru. Hal tersebut dapat mengakibatkan masyarakat tertinggal dan frustasi apabila tidak dapat segera menyesuaikan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia pada umumnya berlomba-lomba untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi yang mengakibatkan karya-karya tradisional asli Indonesia terlupakan atau tergeser. Salah satu karya yang hampir punah adalah permainan tradisional.
Menurut hasil penelitian Ismatul, dkk. (2011) dimuat dalam Jurnal Penelitian PAUDI dinyatakan ada beberapa permainan tradisional yang dapat menjadi media atau sarana stimulasi perkembangan anak usia dini. Indonesia kaya akan permainan tradisional, seperti: gobak sodor, petak umpet, lompat tali, bentengan, engklek atau sudamanda, egrang dan lain-lain. Namun demikian, perkembangan permainan tradisional di kalangan anak masa kini sungguh sangat memprihatinkan. Contohnya, anak-anak di masa kini lebih memilih permainan digital. Hal ini tentu menyebabkan permainan tradisional semakin terkikis bahkan hilang dari peradaban. Bagaimana tidak? Para orang tua di masa kini memilih untuk memberi anak sebuah gadget atau komputer sehingga membuat anak terlena dibandingkan bermain bersama teman.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak di masa kini lebih menyenangi permainan digital, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam: (1) orang tua  kurang membatasi waktu kepada anak dalam menggunakan gadget atau komputer. Dengan alasan supaya anak betah berada di rumah; (2) minimnya pengetahuan anak dalam berbagai permainan tradisional yang disebabkan kesibukan orang tua dan kesadaran pribadi anak.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar: (1) lingkungan menjamurnya warnet dengan harga murah dan nyaman; (2) banyaknya iklan permainan digital baik pada media cetak maupun media elektronik; (3) tempat-tempat perbelanjaan yang dilengkapi dengan fasilitas permainan digital.
Menurut Bredekamp dan Rosegrant dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice and Culturally Responsive Education menyatakan 4 komponen penting menumbuhkembangkan potensi anak:, yakni kesadaran, eksplorasi, penyediaan pengalaman dan teman sebaya. Empat komponen tersebut sudah masuk dalam permainan tradisional. Mengapa? Permainan tradisional memiliki banyak manfaat bagi siapapun yang memainkannya khususnya pada anak, diantaranya: 
1.      Mengasah otak
Daya pikir anak akan terbentuk tanggap, cermat, dan cerdas. Contohnya bermain permainan congklak atau dakon, anak dilatih untuk berpikir cermat dalam mengatur strategi untuk mengumpulkan biji congklak atau isi dakon sebanyak-banyaknya.
2.      Membentuk karakter anak
Anak akan ditanamkan karakter untuk bertanggung jawab dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam permainan bentengan, anak akan membangun kerja sama tim yang solid untuk mencapai kemenangan dan anak yang bertugas menjadi penjaga benteng juga diajarkan untuk bertanggung jawab dalam mempertahankan benteng agar tidak tersentuh oleh lawan.
3.      Menjalin interaksi sosial dengan sesama
Permainan tradisional akan membuat anak terbiasa berinteraksi dengan siapapun yang akan menimbulkan rasa percaya diri dan keterbukaan terhadap sesuatu  yang baru.
4.      Menyehatkan tubuh
Banyak permainan tradisional membutuhkan kecepatan dan kelincahan yang  dapat menjadikan tubuh menjadi sehat dan bugar. Contohnya permainan engklek atau sudamanda dan lompat tali.
5.      Menambah pengalaman
Setiap permainan pasti ada kekalahan dan kemenangan. Sebuah permaianan biasanya akan timbul berbagai masalah. Tentunya anak akan berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Hal itu dapat dijadikan pengalaman bagi anak dalam menjalani kehidupan masa depan.
Pada era globasisai justru anak lebih memilih permainan digital. Jika kita melihat lebih dalam, permainan digital banyak kerugiannya, diantaranya: (1) kesulitan dalam berinteraksi sosial sehingga hal tersebut dapat memicu munculnya rasa individualisme dalam diri anak tersebut; (2) membuat anak menjadi kecanduan sehingga menimbulkan banyak masalah, seperti lupa makan dan minum, membuat anak menjadi malas belajar, meninggalkan kewajibannya sebagai anak, dan kurang istirahat yang cukup; (3) kesehatan terganggu khususnya pada mata karena gadget atau komputer memancarkan radiasi; (4) merusak moral dan karakter anak karena beberapa permainan digital berisi konten yang tidak sesuai usia anak. Contohnya: pornografi dan kekerasan.
            Tergesernya permainan tradisional ke permainan digital tentu akan mengurangi keragaman budaya Indonesia. Apabila permainan tradisional sudah jarang kita dengar, kemungkinan sepuluh tahun ke depan anak cucu kita tidak akan merasakan bahkan mengenal permainan ini. Oleh karena itu pentingnya memopulerkan kembali permainan tradisional di kalangan anak sebagai salah satu solusinya. Contohnya:
1.      Orang tua memperkenalkan permainan tradisional dengan mengajarkan cara bermain serta menyediakan fasilitas yang diperlukan.
2.      Di setiap daerah lebih ditingkatkan dalam penyelenggaraan lomba permainan tradisional.
3.      Di lingkup sekolah tingkat dasar, menengah maupun atas menyisipkan permainan tradisional melalui classmeeting dan ekstrakurikuler. Contohnya pada kegiatan pramuka.
4.       Pemerintah pusat maupun daerah harus lebih menekankan masyarakat untuk tetap melestarikan permainan tradisional dengan cara menjadikan permainan tradisional sebagai sebuah tradisi atau ciri khas dari daerah tersebut.
Dengan begitu permainan tradisional tetap dikenal oleh siapapun dan memperkaya kebudayaan Indonesia. Kita sebagai penerus bangsa di era modern harus tetap mencintai dan melestarikan kekayaan bangsa agar tidak punah.

SUMBER:

0 komentar:

Posting Komentar

 

RIZKI AMELIA Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review