TERGESERNYA
PERMAINAN TRADISIONAL OLEH PERMAINAN DIGITAL DI KALANGAN ANAK MASA KINI
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai
suku, budaya, dan bahasa sehingga keberagaman tersebut menjadikan Indonesia kaya akan karya dari berbagai daerah.
Sangat disayangkan apabila karya-karya tersebut harus tenggelam oleh arus
globalisasi dan modernisasi yang mengakibatkan perubahan sosial yang sangat
besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Mengapa?
Karena di era modern ini semua orang tidak bisa menghindari kemajuan zaman. Hal
ini dalam antropologi disebut culture
shock yaitu perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan zaman,
wawasan yang semakin berkembang, dan biasa terjadi pada masyarakat secara
tiba-tiba berpindah atau mendapat kebudayaan baru. Hal tersebut dapat
mengakibatkan masyarakat tertinggal dan frustasi apabila tidak dapat segera
menyesuaikan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, masyarakat
Indonesia pada umumnya berlomba-lomba untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan
teknologi yang mengakibatkan karya-karya tradisional asli Indonesia terlupakan atau
tergeser. Salah satu karya yang hampir punah adalah permainan tradisional.
Menurut hasil penelitian Ismatul, dkk. (2011) dimuat
dalam Jurnal Penelitian PAUDI dinyatakan ada beberapa permainan tradisional
yang dapat menjadi media atau sarana stimulasi perkembangan anak usia dini.
Indonesia kaya akan permainan tradisional, seperti: gobak sodor, petak umpet,
lompat tali, bentengan, engklek atau sudamanda, egrang dan lain-lain. Namun
demikian, perkembangan permainan tradisional di kalangan anak masa kini sungguh
sangat memprihatinkan. Contohnya, anak-anak di masa kini lebih memilih permainan
digital. Hal ini tentu menyebabkan permainan tradisional semakin terkikis
bahkan hilang dari peradaban. Bagaimana tidak? Para orang tua di masa kini memilih
untuk memberi anak sebuah gadget atau
komputer sehingga membuat anak terlena dibandingkan bermain bersama teman.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak di
masa kini lebih menyenangi permainan digital, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam: (1) orang tua kurang membatasi waktu kepada anak dalam
menggunakan gadget atau komputer.
Dengan alasan supaya anak betah berada di rumah; (2) minimnya pengetahuan anak
dalam berbagai permainan tradisional yang disebabkan kesibukan orang tua dan
kesadaran pribadi anak.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal
dari luar: (1) lingkungan menjamurnya warnet dengan harga murah dan nyaman; (2)
banyaknya iklan permainan digital baik pada media cetak maupun media elektronik;
(3) tempat-tempat perbelanjaan yang dilengkapi dengan fasilitas permainan
digital.
Menurut Bredekamp dan Rosegrant dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice
and Culturally Responsive Education menyatakan 4 komponen penting
menumbuhkembangkan potensi anak:, yakni kesadaran, eksplorasi,
penyediaan pengalaman dan teman sebaya. Empat komponen tersebut sudah masuk
dalam permainan tradisional. Mengapa? Permainan tradisional memiliki banyak
manfaat bagi siapapun yang memainkannya khususnya pada anak, diantaranya:
1. Mengasah otak
Daya pikir anak akan
terbentuk tanggap, cermat, dan cerdas. Contohnya bermain permainan congklak
atau dakon, anak dilatih untuk berpikir cermat dalam mengatur strategi untuk
mengumpulkan biji congklak atau isi dakon sebanyak-banyaknya.
2.
Membentuk
karakter anak
Anak akan ditanamkan
karakter untuk bertanggung jawab dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Contohnya
dalam permainan bentengan, anak akan membangun kerja sama tim yang solid untuk
mencapai kemenangan dan anak yang bertugas menjadi penjaga benteng juga
diajarkan untuk bertanggung jawab dalam mempertahankan benteng agar tidak
tersentuh oleh lawan.
3.
Menjalin
interaksi sosial dengan sesama
Permainan tradisional
akan membuat anak terbiasa berinteraksi dengan siapapun yang akan menimbulkan
rasa percaya diri dan keterbukaan terhadap sesuatu yang baru.
4.
Menyehatkan
tubuh
Banyak permainan
tradisional membutuhkan kecepatan dan kelincahan yang dapat menjadikan tubuh menjadi sehat dan
bugar. Contohnya permainan engklek atau sudamanda dan lompat tali.
5.
Menambah
pengalaman
Setiap permainan pasti ada kekalahan dan
kemenangan. Sebuah permaianan biasanya akan timbul berbagai masalah. Tentunya anak
akan berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Hal itu dapat dijadikan
pengalaman bagi anak dalam menjalani kehidupan masa depan.
Pada era globasisai justru anak lebih memilih
permainan digital. Jika kita melihat lebih dalam, permainan digital banyak
kerugiannya, diantaranya: (1) kesulitan dalam berinteraksi sosial sehingga hal
tersebut dapat memicu munculnya rasa individualisme dalam diri anak tersebut;
(2) membuat anak menjadi kecanduan sehingga menimbulkan banyak masalah, seperti
lupa makan dan minum, membuat anak menjadi malas belajar, meninggalkan
kewajibannya sebagai anak, dan kurang istirahat yang cukup; (3) kesehatan
terganggu khususnya pada mata karena gadget
atau komputer memancarkan radiasi; (4) merusak moral dan karakter anak
karena beberapa permainan digital berisi konten yang tidak sesuai usia anak.
Contohnya: pornografi dan kekerasan.
Tergesernya permainan tradisional ke
permainan digital tentu akan mengurangi keragaman budaya Indonesia. Apabila
permainan tradisional sudah jarang kita dengar, kemungkinan sepuluh tahun ke
depan anak cucu kita tidak akan merasakan bahkan mengenal permainan ini. Oleh
karena itu pentingnya memopulerkan kembali permainan tradisional di kalangan
anak sebagai salah satu solusinya. Contohnya:
1.
Orang tua memperkenalkan
permainan tradisional dengan mengajarkan cara bermain serta menyediakan
fasilitas yang diperlukan.
2.
Di setiap daerah
lebih ditingkatkan dalam penyelenggaraan lomba permainan tradisional.
3.
Di lingkup
sekolah tingkat dasar, menengah maupun atas menyisipkan permainan tradisional melalui
classmeeting dan ekstrakurikuler.
Contohnya pada kegiatan pramuka.
4.
Pemerintah pusat maupun daerah harus lebih
menekankan masyarakat untuk tetap melestarikan permainan tradisional dengan
cara menjadikan permainan tradisional sebagai sebuah tradisi atau ciri khas
dari daerah tersebut.
Dengan begitu permainan tradisional tetap dikenal
oleh siapapun dan memperkaya kebudayaan Indonesia. Kita sebagai penerus bangsa
di era modern harus tetap mencintai dan melestarikan kekayaan bangsa agar tidak
punah.
SUMBER: